Pendapat Para AhliPara ahli berpendapat perubahan cuaca membuat dunia menjadi tempat yang subur bagi kerkembangnya penyakit karena suhu udara yang naik dapat meningkatkan perkembangbiakan organisme menular. Peningkatan gelombang serangan virus, bakteri, jamur dan parasit lain dapat mengganggu ekosistem dan bahkan diduga dapat menjadi penyebab kemerosotan pada makhluk hidup.Para pakar memperingatkan manusia juga menanggung risiko yang sama dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di darat maupun di lautan. Temuan ini bersumber dari penelitian selama dua tahun terhadap penyakit-penyakit yang merebak di seluruh dunia dan mengamati perubahan yang dipicu oleh perubahan cuaca serta suhu udara.Andrew Dobson, dari Princeton Univesity, mengatakan, perubahan cuaca dapat mempengaruhi ekosistem alam yang makin menguntungkan kelangsungan hidup penyakit menular. Bukti-bukti yang terkumpul bisa mencemaskan, manusia akan mendapat penyakit bersama-sama dengan makhluk lain.Dalam tulisan di jurnal Science para ilmuwan mengemukakan contoh-contoh organisme menular dan virus yang berhubungan dengan beberapa jenis penyakit, kemudian berkembang pesat manakala terjadi kenaikan suhu udara meskipun sedikit.Kebanyakan binatang penyebar penyakit ini, misalnya nyamuk, binatang pengerat dan kutu, sangat peka terhadap kenaikan suhu serta kelembaban. Pada saat terjadi kenaikan suhu, satwa pembawa penyakit ini akan menyebarkan bibit penyakit ke daerah baru dan memberikan dampak besar pada populasi margasatwa yang kekebalannya rentan. Masa reproduksi, pertumbuhan dan gigitan serangga rata-rata akan naik saat terjadi kenaikan suhu.Naik 5,8 Derajat CKebanyakan organisme menular mungkin akan dapat bertahan hidup pada musim dingin sebagi cuaca yang biasanya mematikan mereka. Sementara musim panas yang lebih hangat dapat meningkatkan kerentanan tanaman dan hewan terhadap penyakit menular, khususnya pada makhluk dengan habitat di laut. Pemanasan global rata-rata sampai dengan tahun 2100 diperkirakan akan menaikkan suhu udara antara 1,4 derajat Celsius hingga 5,8 derajat Celsius dibandingkan suhu tahun 1900-an, kata para ilmuwan tersebut.Suhu terendah pada malam hari diperkirakan akan naik hingga sama dengan suhu tertinggi di siang hari dan suhu musim dingin akan menjadi lebih hangat dibanding musim panas. Manakala bumi menjadi makin panas, serangga akan menjadi pembawa penyakit dari daerah tropis ke tempat-tempat beriklim sedang.Para ilmuwan mengingatkan serangan penyakit akan lebih hebat di kawasan iklim sedang. Setiap patogen yang dapat menyebarkan penyakit dari daerah tropis ke kawasan iklim sedang yang menjadi lebih hangat, akan memberikan dampak yang lebih besar dan melimpah pada makhluk yang rentan, mungkin termasuk pada manusia, kata Dobson.Wabah DemamContoh dampak perubahan cuaca pada penyakit termasuk wabah demam Rift Valley, suatu bencana oleh virus yang dibawa oleh nyamuk di sebagian Afrika Timur yang sangat dipengaruhi oleh hujan lebat. Wabah penyakit ini pada tahun 1998 telah merenggut ribuan korban jiwa.Ada bukti kuat wabah demam Rift Valley berhubungan dengan fenomena El Nino selama bertahun-tahun, yang menyebabkan perubahan suhu air laut di Pasifik belahan timur dan mempengaruhi cuaca di seluruh dunia.Dalam keadaan yang lebih basah, populasi nyamuk akan meningkat dan penyakit yang dibawa oleh serangga juga akan meningkat dan menular pada ternak maupun manusia.Penyakit manusia yang menyebar melalui gigitan nyamuk misalnya malaria, penyakit lyam, demam kuning, ensepaliyis, demam berdarah dan lain-lain makin menyebar ke banyak tempat dalam beberapa dasawarsa ini, kata para pakar. Jenis penyakit lain yang menyerang ternak seperti penyakit kuda di Afrika, virus lidah-biru juga menyebar lebih luas dan kebanyakan pindah ke kawasan di garis lintang yang lebih tinggi, seiring dengan penyebaran nyamuk dan kutu. Penelitian laboratorium dan lapangan mendukung teori bahwa pemanasan global mendorong perubahan tersebut.
Wednesday, November 19, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment